Pariwisata

PREDIKSI RIZAL RAMLI DAN KAWAN KAWAN SATU TAHUN PERTAMA POPULARITAS JOKOWI ANJLOK

PREDIKSI "RIZAL RAMLI DAN KAWAN-KAWAN"...... MUDAH-MUDAHAN TIDAK...
SATU TAHUN PERTAMA POPULARITAS JOKOWI ANJLOK..... SIAP ITU TAHUN KE DUA????......
[JAKARTA] Popularitas Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan anjlok pada satu sampai satu setengah tahun pertama pemerintahannya.
Jokowi-JK akan mengalami kesulitan akibat APBN 2015 yang sebesar 80 % hanya akan habis untuk pembayaran gaji, utang luar negeri, transfer ke daerah dan subsidi.
APBN pun hanya tinggal 20 % dan tentu pemerintah tidak akan mampu berbuat apa-apa kecuali memotong subsidi BBM dan listrik.
“Jadi, pemerintahan Jokowi-JK ini tak akan mengalami bulan madu, karena harus langsung bekerja keras dengan APBN yang tentu cukup sulit,” kata pengamat politik Fachry Ali dalam Dialog Pilar Negara bertema “Pemerintah Pasca Putusan MK” bersama Wakil Ketua MPR RI Melani Leimena Suharli dan Wasekjen PDI-P, Ahmad Basarah di Jakarta, Senin (25/8).
Fachry mengatakan, Jokowi mengalami kesulitan dalam merealisasikan janji-janji politiknya, karena sumber daya ekonomi yang dimiliki tidak memadai. Karena itu, dalam 1,5 tahun pertama pemerintahannya akan sangat tidak populer.
“Jokowi tidak bisa berbuat apa-apa dengan APBN yang ada. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah meminta pemerintah saat ini untuk memotong subsidi 50 persen dan sisanya 50 persen akan dilakukan Jokowi. Tetapi ini sangat tidak populis,” katanya.
Ahmad Basarah mengakui bahwa postur APBN saat ini memang menyulitkan Jokowi-JK untuk merealisasikan janji-janji politiknya, terutama janji kartu Jakarta Pintar dan Jakarta Sehat.
Sebelumnya, mantan Menteri Perekonomian, Rizal Ramli mengatakan, postur RAPBN 2015 yang dibacakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 15 Agustus 2014 lalu, sangat membebani Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Postur APBN 2015 tidak lebih sebuah jebakan Batman, yang jika tidak dibongkar dan dirombak total, maka akan meninggalkan bom waktu untuk Jokowi-JK.
Taruhannya berat. Masa pemerintahan Presiden terpilih Joko Widodo dan Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla mudah diprediksi hanya bertahan dua tahun.
Jokowi-JK akan diturunkan ramai-ramai, karena program-program yang dijanjikan atau ekspektasi publik yang sangat besar ternyata tidak bisa dipenuhi.
Mantan Menteri Perekonomian, Rizal Ramli dalam diskusi di Press Room DPR RI, yang dihadiri Prof Hendrawan Supratikno dari PDI-P dan praktisi sekaligus akademisi Universitas Pelita Harapan (UPH), John Riady, di Jakarta, Kamis, (21/8), mengatakan, RAPBN yang dibacakan Presiden SBY menyimpan banyak bom waktu.
Jika Jokowi dan JK tidak merombak atau membongkar RAPBN 2015 ini, maka dalam hitungan dua tahun pemerintahannya akan jatuh.
Karena itu, Jokowi-JK perlu segera merevisi demi merealisasikan sejumlah program yang menjadi prioritas.
"Bongkar APBN 2015 ini, kalau tidak maka rakyat takkan percaya. Kalau tak punya terobosan canggih, Jokowi diperkirakan hanya akan bertahan dua tahun saja," kata Rizal Ramli.
Rizal mengatakan, postur RAPBN 2015 ini seperti perangkap batman. APBN saat ini dalam kondisi quatro defisit.
Keempat defisit itu yakni defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan, neraca pembayaran, dan defisit anggaran,” katanya.
Politisi senior PDI-P, Hendrawan Supratikno mengakui sudah ada tiga defisit saat ini, dan kalau ditambah satu lagi defisit, maka Indonesia akan memasuki krisis.
“Kalau itu terjadi, maka akan seperti Yugoslavia, yang terpecah-belah sebelum krisis terjadi. Apalagi, indikator krisis itu ditandai dengan terus melemahnya rupiah terhadap dolar AS,” kata anggota Komisi VI DPR RI itu.
Dengan membongkar RAPBN tersebut, kata Rizal, Indonesia akan selamat dari kehancuran, dan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7%. "Bahkan dalam tahun berikutnya bisa mencapai double digit," tegasnya.
John Riady mengakui, ke depannya kondisi ekonomi Indonesia makin kelam. Pertumbuhan ekonomi saja justru mengalami kemunduran, dari target 7%, kini menjadi 5%.
"Begitu juga bank-bank yang mengalami likuiditas ketat. Sehingga pengusaha kesulitan untuk melakukan investasi," terangnya.
Diakui John, indikator ekonomi nasional saat ini cukup berbahaya. Makanya, harus cepat membenahi diri.
"Saya perkirakan dalam tempo 6-9 bulan ini suku bunga di AS akan naik. Lihat saja dari nota-nota yang beberkan The Fed. Kalau suku bunga naik, maka bukan tidak mungkin rupiah sampai Rp13.000. Target mereka seperti itu," katanya. [Ant/L-8]